Bidang tulis-menulis atau mengarang membutuhkan ketajaman pikiran, keluasan
wawasan, dan kemampuan menuangkan ide secara tertulis. Khusus untuk menulis karya
fiksi, seperti puisi, cerita pendek, dan novel, dibutuhkan juga kepekaan terhadap keindahan
dan nilai-nilai kemanusiaan. Dibandingkan dengan olahraga dan kesenian, tulis-menulis
memang mungkin kurang diminati oleh anak muda dan remaja. Namun, dalam beberapa
tahun terakhir ini mulai ada gejala minat membaca dan menulis di kalangan remaja
menunjukkan peningkatan.
Kegemaran atau kebiasaan menulis sangat baik untuk mengasah ketajaman pikiran
dan perasaan serta kepekaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Menulis juga sangat baik
untuk meningkatkan wawasan dan kecerdasan. Orang yang gemar menulis biasanya akan
gemar membaca dan mengamati. Mengapa demikian? Hal ini karena untuk tulisan-tulisan
yang akan dibuatnya dia membutuhkan bahan berupa pengetahuan, data, atau fakta.
Menulis dapat menjadi ajang meraih prestasi. Prestasi yang dapat diraih melalui
kegiatan menulis bahkan bisa sangat prestisius (bergengsi tinggi). Dengan menulis karya
fiksi,seseorang dapat meraih hadiah Nobel untuk bidang sastra. Para penulis yang berprestasitinggi, yakni
yang karyanya diakui bermutu tinggi dan sangat bermanfaat bagi kemanusiaan,
baik di dunia maupun di Indonesia, banyak mendapat penghargaan dan penghormatan tinggi
dari masyarakat dan negara.
Seperti halnya olahraga dan kesenian, menulis juga membutuhkan potensi. Untuk
mencapai kemampuan menulis yang baik, diperlukan pengembangan potensi menulis
secara tepat. Upaya yang lazim untuk mengembangkan potensi menulis ialah membaca,
mengamati, meneliti, dan berlatih menuangkan gagasan secara tertulis dengan rajin, teratur,
disiplin, dan berkesinambungan.
Tidak sedikit penulis sastra Indonesia yang telah mendapat penghargaan bergengsi
di tingkat internasional serta mengharumkan nama Indonesia di forum dunia. Penulis-penulis
tersebut, antara lain, Budi Darma, Goenawan Muhamad, Y.B. Mangunwijaya, Rendra,
Pramudya Ananta Toer, Putu Wijaya, N.H. Dini, dan Wiji Thukul. Selain mendapat
penghargaan, sebagian karya mereka juga diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa
asing (seperti bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Belanda).
No comments:
Post a Comment