Dampak globalisasi dalam kehidupan masyarakat terutama mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. Akibat globalisasi, gaya hidup dan perilaku masyarakat kita mengalami perubahan. Hal ini dapat kita rasakan dan saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak di antara gaya hidup dan perilaku masyarakat saat ini tidak mencerminkan keaslian budaya atau kebiasaan masyarakat dan bangsa kita sendiri, melainkan hasil peniruan atas budaya atau kebiasaan bangsa asing –– yang masuk ke Indonesia melalui globalisasi.
Setidaknya dalam 20 hingga 30 tahun terakhir ini praktis gaya hidup dan perilaku atau kebiasaan masyarakat kita telah banyak berubah. Perubahan gaya hidup dan perilaku atau kebiasaan tidak hanya terjadi pada masyarakat perkotaan, melainkan juga pada masyarakat pedesaan. Hal ini terjadi sebagai akibat derasnya informasi yang masuk ke Indonesia melalui media massa dan internet serta ditambah beredarnya secara luas bermacam-macam produk barang luar negeri di tengah masyarakat. Gaya hidup masyarakat yang mengalami perubahan, antara lain, terjadi dalam mengonsumsi makanan dan minuman, berpakaian, menata rambut, serta merawat tubuh.
1. Mengonsumsi Makanan dan Minuman
Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat kita saat ini jelas berubah. Makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak hanya lebih banyak jumlahnya, tetapi juga lebih beraneka ragam jenisnya. Sebagiannya merupakan produk makanan dan minuman dari mancanegara yang masuk ke Indonesia melalui impor atau diproduksi di Indonesia melalui lisensi. Beberapa contoh jenis makanan dan minuman asing atau berbau asing yang beredar dan banyak dikonsumsi masyarakat adalah ayam goreng tepung, steak, bistik, pizza, burger, spageti, es krim, dan minuman ringan bersoda.
Sebagian makanan tersebut merupakan jenis makanan yang dihidangkan secara cepat saji (fast food). Bagi sebagian kalangan, terutama masyarakat kota besar, jenis makanan semacam itu menjadi daya tarik tersendiri karena kelebihan segi efisiensinya –– disajikan secara cepat. Masyarakat kota besar yang akibat globasliasi juga mulai terpola dengan irama hidup yang serbacepat, relatif cocok dengan jenis makanan fast food karena untuk urusan makan pun sekarang mereka butuh waktu yang cepat dan singkat.
2. Cara Berpakaian
Gaya berpakaian masyarakat tampak sudah cukup jauh bergeser dari cara asli orang Indonesia memperlakukan dan mengenakan pakaian. Berdasarkan adat Indonesia khususnya dan adat ketimuran umumnya, pakaian digunakan untuk menutup tubuh agar penampilan diri terlihat patut dan sopan. Dengan prinsip itu, maka masyarakat Indonesia dan Timur cenderung berpakaian secara rapat dan longgar, tetapi dengan tidak meninggalkan segi keserasian bentuk, corak, dan warna. Fungsi pokok berpakaian, yakni sebagai penutup sekaligus pelindung tubuh, tetap menjadi prioritas utama.
Namun, akibat pengaruh mode berpakaian masyarakat mancanegara –– terutama negara-negara Barat –– cara dan prinsip tersebut menjadi berubah. Hal ini terutama terjadi pada remaja dan anak-anak muda, khususnya kalangan perempuan. Para remaja putri Indonesia kini cenderung berpakaian ketat dan agak terbuka. Berpakaian ketat dan terbuka dilakukan untuk mengikuti mode yang didasarkan pada anggapan bahwa pakaian ketat dan agak terbuka identik dengan keindahan karena memperlihatkan garis tubuh serta menampakkan pula sebagian anggota tubuh.
3. Menata Rambut
Dalam hal gaya penampilan yang lain, yakni menata rambut, juga terjadi pergeseran. Akibat terpengaruh warna rambut orang-orang asing, banyak remaja dan anak muda kita mengubah warna asli rambutnya. Warna rambut mereka yang aslinya hitam, mereka ubah dengan cat sehingga menjadi berwarna pirang, cokelat, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, dan sebagainya.
Tidak jarang pula rambut sengaja dibuat acak-acakan atau menyeruak ke atas. Pada remaja dan pemuda laki-laki, rambut kadang dibiarkan memanjang menyerupai rambut wanita atau bagian tertentu dibuat lebih panjang dibanding bagian yang lain. Untuk melengkapi penampilan, mereka juga kadang menindik telinga dan memasinginya anting-anting seperti perempuan serta menghiasi bagian-bagian tubuh tertentu dengan tato.
4. Merawat Tubuh
Globalisasi juga menyebabkan pandangan masyarakat mengenai perawatan tubuh tidak lagi seperti dahulu. Jika dahulu persoalan merawat tubuh lebih banyak menjadi urusan kaum wanita, kini hal itu berlaku pula bagi kaum pria. Di tengah makin maraknya kaum wanita Indonesia melakukan usaha perawatan tubuh, kaum pria di kalangan tertentu di kota-kota besar saat ini mulai dilanda kegandrungan untuk melakukan hal yang sama. Di pusat-pusat kebugaran, tidak sedikit kaum pria melakukan fitness atau aerobik untuk membentuk otot dan tubuh. Tempat-tempat jasa perawatan tubuh –– seperti salon dan spa –– juga tidak lagi dipenuhi kaum wanita. Tak mau tertinggal dari kaum wanita, kaum pria tidak malu dan sungkan lagi keluar masuk salon dan spa untuk merawat kulit dan kuku.
Setidaknya dalam 20 hingga 30 tahun terakhir ini praktis gaya hidup dan perilaku atau kebiasaan masyarakat kita telah banyak berubah. Perubahan gaya hidup dan perilaku atau kebiasaan tidak hanya terjadi pada masyarakat perkotaan, melainkan juga pada masyarakat pedesaan. Hal ini terjadi sebagai akibat derasnya informasi yang masuk ke Indonesia melalui media massa dan internet serta ditambah beredarnya secara luas bermacam-macam produk barang luar negeri di tengah masyarakat. Gaya hidup masyarakat yang mengalami perubahan, antara lain, terjadi dalam mengonsumsi makanan dan minuman, berpakaian, menata rambut, serta merawat tubuh.
1. Mengonsumsi Makanan dan Minuman
Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat kita saat ini jelas berubah. Makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak hanya lebih banyak jumlahnya, tetapi juga lebih beraneka ragam jenisnya. Sebagiannya merupakan produk makanan dan minuman dari mancanegara yang masuk ke Indonesia melalui impor atau diproduksi di Indonesia melalui lisensi. Beberapa contoh jenis makanan dan minuman asing atau berbau asing yang beredar dan banyak dikonsumsi masyarakat adalah ayam goreng tepung, steak, bistik, pizza, burger, spageti, es krim, dan minuman ringan bersoda.
Sebagian makanan tersebut merupakan jenis makanan yang dihidangkan secara cepat saji (fast food). Bagi sebagian kalangan, terutama masyarakat kota besar, jenis makanan semacam itu menjadi daya tarik tersendiri karena kelebihan segi efisiensinya –– disajikan secara cepat. Masyarakat kota besar yang akibat globasliasi juga mulai terpola dengan irama hidup yang serbacepat, relatif cocok dengan jenis makanan fast food karena untuk urusan makan pun sekarang mereka butuh waktu yang cepat dan singkat.
2. Cara Berpakaian
Gaya berpakaian masyarakat tampak sudah cukup jauh bergeser dari cara asli orang Indonesia memperlakukan dan mengenakan pakaian. Berdasarkan adat Indonesia khususnya dan adat ketimuran umumnya, pakaian digunakan untuk menutup tubuh agar penampilan diri terlihat patut dan sopan. Dengan prinsip itu, maka masyarakat Indonesia dan Timur cenderung berpakaian secara rapat dan longgar, tetapi dengan tidak meninggalkan segi keserasian bentuk, corak, dan warna. Fungsi pokok berpakaian, yakni sebagai penutup sekaligus pelindung tubuh, tetap menjadi prioritas utama.
Namun, akibat pengaruh mode berpakaian masyarakat mancanegara –– terutama negara-negara Barat –– cara dan prinsip tersebut menjadi berubah. Hal ini terutama terjadi pada remaja dan anak-anak muda, khususnya kalangan perempuan. Para remaja putri Indonesia kini cenderung berpakaian ketat dan agak terbuka. Berpakaian ketat dan terbuka dilakukan untuk mengikuti mode yang didasarkan pada anggapan bahwa pakaian ketat dan agak terbuka identik dengan keindahan karena memperlihatkan garis tubuh serta menampakkan pula sebagian anggota tubuh.
3. Menata Rambut
Dalam hal gaya penampilan yang lain, yakni menata rambut, juga terjadi pergeseran. Akibat terpengaruh warna rambut orang-orang asing, banyak remaja dan anak muda kita mengubah warna asli rambutnya. Warna rambut mereka yang aslinya hitam, mereka ubah dengan cat sehingga menjadi berwarna pirang, cokelat, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, dan sebagainya.
Tidak jarang pula rambut sengaja dibuat acak-acakan atau menyeruak ke atas. Pada remaja dan pemuda laki-laki, rambut kadang dibiarkan memanjang menyerupai rambut wanita atau bagian tertentu dibuat lebih panjang dibanding bagian yang lain. Untuk melengkapi penampilan, mereka juga kadang menindik telinga dan memasinginya anting-anting seperti perempuan serta menghiasi bagian-bagian tubuh tertentu dengan tato.
4. Merawat Tubuh
Globalisasi juga menyebabkan pandangan masyarakat mengenai perawatan tubuh tidak lagi seperti dahulu. Jika dahulu persoalan merawat tubuh lebih banyak menjadi urusan kaum wanita, kini hal itu berlaku pula bagi kaum pria. Di tengah makin maraknya kaum wanita Indonesia melakukan usaha perawatan tubuh, kaum pria di kalangan tertentu di kota-kota besar saat ini mulai dilanda kegandrungan untuk melakukan hal yang sama. Di pusat-pusat kebugaran, tidak sedikit kaum pria melakukan fitness atau aerobik untuk membentuk otot dan tubuh. Tempat-tempat jasa perawatan tubuh –– seperti salon dan spa –– juga tidak lagi dipenuhi kaum wanita. Tak mau tertinggal dari kaum wanita, kaum pria tidak malu dan sungkan lagi keluar masuk salon dan spa untuk merawat kulit dan kuku.
No comments:
Post a Comment