Tuesday, December 27, 2016

Jenis-Jenis Pariwisata


       Pada waktu-waktu lampau, jenis-jenis pariwisata masih sedikit dan terbatas. Namun, dengan kian berkembangnya pariwisata sebagai bisnis dan industri serta ditunjang kemajuan teknologi –– terutama dalam bidang transportasi, informasi, dan komunikasi –– kini jenis-jenis pariwisata menjadi makin banyak dan beragam. Berikut ini dipaparkan jenis-jenis pariwisata yang saat ini dapat kita jumpai dan kita nikmati.

A.    Wisata Alam
       Wisata alam adalah wisata yang dilakukan untuk menikmati potensi alam. Aspek potensi alam yang dinikmati dalam hal ini adalah keindahannya, kesuburan tanahnya, kesejukan dan kesegaran udaranya, kekhasan flora dan faunanya, keunikan bentuk alamnya, dan sebagainya. Dari segi potensinya, maka wisata alam, antara lain, dapat dibagi menjadi jenis-jenis wisata sebagai berikut:
  1. wisata bahari, yang dapat terdiri atas aktivitas menyelam, berselancar, memancing, berlayar, dan sebagainya;
  2. wisata sungai dan danau, yang terdiri atas arung jeram, memancing, berkeliling naik perahu, dan sebagainya;
  3. wisata pegunungan, yang terdiri atas berkemah (camping), berkeliling jalan kaki (hiking), pendakian (climbing), dan sebagainya;
  4. wisata hutan/kebun raya, yang terdiri atas kegiatan menyaksikan kekhasan flora dan fauna;
  5. wisata pertanian/perkebunan, yang lazim dilakukan dalam bentuk kunjungan ke daerah pertanian/perkebunan untuk menikmati dan berbelanja hasil-hasil pertanian/perkebunan serta mempelajari cara-cara bercocok tanam dan berkebun yang benar;
  6. wisata lingkungan (ekowisata), yang biasanya berupa kunjungan ke objek konservasi alam, seperti suaka margasatwa, taman nasional, dan cagar alam, dan hutan lindung.

B.     Wisata Budaya
        Wisata budaya adalah wisata yang dilakukan untuk menikmati hasil budaya masyarakat suku atau etnik tertentu. Unsur atau aspek yang dilihat dan dinikmati meliputi keanekaragaman dan kekhasan hasil budaya. Dari segi bentuknya, wisata budaya, antara lain, dapat berupa jenis-jenis wisata sebagai berikut:
  1. wisata menyaksikan upacara dan tradisi adat, seperti sekaten, nyadran, kenduren, gerebek, hamis batar, ngaben, kesada, lompat batu, karapan sapi, tabuik, pasola, dan sisemba;
  2. wisata menyaksikan pentas teater tradisional, seperti ketoprak, wayang, ludruk, longser, lenong, mamanda, randai, dan makyong;
  3. wisata menyaksikan pentas tari tradisional, seperti seudati, serampang dua belas, jaipong, remo, kecak, serimpi, bedhaya, tortor, joged lambak, jangget, lenso, dan musyoh;
  4. wisata menyaksikan dan berbelanja hasil kerajinan dan seni rupa tradisional, seperti kain batik, kain tenun, patung asmat, lukisan bali, wayang kulit, dan ukiran jepara;
  5. wisata menyaksikan pertunjukan seni musik tradisional, seperti gamelan, sasando, angklung, dan keroncong.

C.    Wisata Sejarah
       Wisata sejarah adalah wisata yang dilakukan untuk menyaksikan benda-benda atau tempat-tempat peninggalan masa lalu (bersejarah) serta meningkatkan pengetahuan tentang nilai-nilai yang terdapat dalam benda dan tempat tersebut. Dengan kata lain, wisata sejarah adalah wisata yang dilakukan untuk melihat sekaligus menambah wawasan tentang benda dan tempat warisan  masa lalu. Dengan sifatnya yang kognitif (menekankan pengetahuan), wisata sejarah banyak dilakukan oleh kalangan pelajar dan mahasiswa. Wisata budaya, antara lain, dapat terdiri atas jenis-jenis wisata sebagai berikut:
  1. wisata keraton, yang merupakan kegiatan mengunjungi dan menyaksikan istana (keraton) peninggalan kerajaan-kerajaan tradisional masa lalu beserta hasil-hasil kebudayannya (seperti senjata tradisional, alat musik, kereta kuda, dan sebagainya);
  2. wisata candi, yang lazim berupa kegiatan mengunjungi dan menyaksikan candi-candi peninggalan kerajaan-kerajaan tradisional masa lalu yang biasanya bercorak Hindu-Buddha;
  3. wisata situs purbakala, yang merupakan aktivitas mengunjungi dan menyaksikan benda-benda dan daerah peninggalan zaman purba (seperti Sangiran, Jawa Tengah, dan Trinil, Jawa Timur);
  4. wisata museum, yang merupakan kegiatan mengunjungi museum serta menyaksikan berbagai benda-benda peninggalan masa lalu koleksi museum yang bersangkutan;
  5. wisata monumen, yang merupakan kegiatan mengunjungi dan menyaksikan bangunan tertentu (tugu, patung, gedung, dan sebagainya) yang didirikan sebagai pengingat atas peristiwa penting yang terjadi pada masa lalu. 

D.     Wisata Olahraga dan Petualangan
        Wisata olahraga adalah wisata yang dilakukan untuk menikmati kegiatan olahraga. Wisata olahraga dapat dikatakan sama atau mirip dengan wisata petualangan. Hal ini karena kegiatan olahraga yang dilakukan dalam wisata biasanya memang bercorak atau bersifat petualangan atau semua jenis petualangan yang dilakukan biasanya memang berupa kegiatan olahraga sehingga keduanya (wisata olahraga dan wisata petualangan) seringkali dianggap sama. Wisata olahraga atau wisata petualangan, antara lain, dapat berupa kegiatan-kegiatan wisata sebagai berikut:
  1. panjat tebing/panjat gunung (rock climbing), yang merupakan kegiatan memanjat, menaiki, atau mendaki tebing, bukit, atau gunung di daerah wisata pegunungan atau perbukitan;
  2. sepeda gunung (mountain bike), yang merupakan kegiatan mengendarai sepeda khusus dengan medan yang terjal dan berbukit-bukit di tempat wisata perbukitan atau pegunungan;
  3. menyelam (diving), yang merupakan kegiatan menyelam dengan perlengkapan khusus di kedalaman laut atau danau/telaga sembari menikmati keindahan pemandangan bawah air (berbagai satwa air, terumbu karang, dan sebagainya);
  4. berselancar, yang merupakan kegiatan mengarungi lautan dengan memanfaatkan ombak besar dengan menggunakan papan selancar;
  5. arung jeram, yang merupakan kegiatan mengarungi sungai yang berarus deras dan bertopografi terjal dengan menggunakan perahu karet;
  6. memancing, yang merupakan kegiatan menangkap ikan dengan kail di laut, danau, waduk, sungai, tambak, atau kolam baik dengan atau tanpa menggunakan perahu/kapal;
  7. berburu, yang merupakan aktivitas memburu dan menangkap jenis-jenis satwa tertentu dengan menggunakan senjata tertentu di hutan yang sudah ditetapkan lokasinya (satwa yang dijadikan buruan biasanya satwa yang tidak dilindungi dan cenderung menjadi hama, seperti babi hutan).

E.    Wisata Pendidikan
       Wisata pendidikan adalah wisata yang dilakukan ke objek atau tempat wisata tertentu dengan maksud dan tujuan mendapatkan data, informasi, dan/atau pengetahuan yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran sekolah atau kuliah. Wisata pendidikan umumnya dilakukan oleh para pelajar sekolah dan mahasiswa terkait dengan mata pelajaran atau mata kuliah tertentu. Sebutan atau istilah yang dekat dan seringkali disandingkan atau disamakan dengan wisata pendidikan adalah darmawisata, karyawisata, study tour, dan field trip. Wisata pendidikan, antara lain, dapat berupa kegiatan-kegiatan wisata sebagai berikut:
  1. kunjungan dan studi ke pusat penyimpanan benda-benda peninggalan masa lalu, seperti museum;
  2. kunjungan dan studi ke daerah-daerah yang ditetapkan sebagai situs purbakala, seperti situs manusia purba;
  3. kunjungan dan studi ke lokasi berdirinya bangunan-bangunan bersejarah, seperti candi dan benteng;
  4. kunjungan dan studi ke pusat dokumentasi ilmu pengetahuan, seperti dokumentasi sastra dan budaya;
  5. kunjungan dan studi banding (komparasi) ke lembaga pendidikan yang dianggap memiliki keunggulan sumber daya dan khazanah keilmuan, seperti sekolah dan universitas tertentu;
  6. kunjungan dan studi ke pusat penyimpanan bahan-bahan pustaka atau literatur, seperti perpustakaan (nasional);
  7. kunjungan dan studi ke pusat kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti pusat riset dan pengembangan mikrobiologi.

F.    Wisata Religi (Agama)
       Wisata religi adalah wisata yang dilakukan untuk kepentingan agama. Wisata ini biasanya dilakukan untuk menambah atau memperdalam pengetahuan agama dalam upaya mempertebal keyakinan dan keimanan atas agama yang dianut. Wisata religi, antara lain, dapat berupa kegiatan-kegiatan wisata sebagai berikut:
  1. kunjungan ke tempat ibadah bersejarah yang pernah menjadi pusat penyebaran agama tertentu, seperti masjid dan gereja;
  2. ziarah ke makam para alim ulama dan tokoh besar agama masa lalu yang dianggap berjasa dalam penyebaran agama tertentu, seperti makam walisanga;
  3. kunjungan ke tempat-tempat yang dianggap suci bagi agama tertentu;
  4. kunjungan dan audiensi ke dan dengan tokoh atau pemuka agama untuk beramah tamah serta minta arahan dan bimbingan spiritual.

G.    Wisata Kuliner
        Wisata kuliner adalah wisata yang dilakukan dengan tujuan menikmati makanan (dan juga minuman) khas suatu daerah atau negara. Para wisatawan datang ke daerah atau objek wisata tertentu untuk menikmati hidangan makanan dan/atau minuman khas dari daerah atau objek wisata yang bersangkutan. Wisata ini biasanya dilakukan sambil menikmati objek atau atraksi wisata yang disajikan di lokasi tersebut. Wisata kuliner, di antaranya, dapat berupa kegiatan-kegiatan wisata seperti berikut:
  1. kunjungan ke objek wisata yang ada di Kota Palembang khususnya atau Sumatra Selatan umumnya untuk menikmati empek-empek;
  2. kunjungan ke pantai Parangtritis, Yogyakarta, dan menikmati makan siang dengan menu nasi gudek;
  3. kunjungan ke Kota Semarang untuk merasakan lezatnya lumpia dan wingko babat sambil menikmati unik dan bersejarahnya bangunan Lawang Sewu;
  4. kunjungan ke Kota Ponorogo untuk makan sate ayam ponorogo sambil menyaksikan pertunjukan reog;  
  5. kunjungan ke Kota Jakarta untuk menikmati hidangan soto betawi sembari mendengarkan musik tanjidor atau pertunjukan ondel-ondel;
  6. kunjungan ke Kota Solo untuk menikmati hidangan nasi liwet atau selad sembari menyaksikan pertunjukan ketoprak atau pentas wayang orang;
  7. kunjungan ke Provinsi Kalimantan Selatan untuk menikmati hidangan soto banjar sembari menyaksikan budaya masyarakat Dayak.    
H.   Wisata Konvensi
       Wisata konvensi adalah wisata yang dilakukan terkait dengan kegiatan pertemuan dalam bentuk konferensi, seminar, kongres, simposium, workshop, dan sejenisnya. Sebagai jenis wisata, wisata konvensi sebenarnya masih kontroversial dan debatable; banyak yang meragukannya sebagai kegiatan wisata. (Wisata) konvensi mungkin belum dapat sepenuhnya dikatakan sebagai kegiatan wisata (murni) karena unsur kesukarelaan (voluntary)  untuk melakukan wisata masih kabur. Dalam pertemuan besar, seperti konferensi, kongres, dan seminar, lebih menonjol unsur ilmiahnya dan kadang juga lebih mencuat aspek politiknya (terutama yang dilakukan antarnegara) dibanding unsur rekreasinya. Kegiatan tersebut tidak dengan sadar, sengaja, atau khusus diarahkan untuk melakukan rekreasi serta mendapatkan hiburan (kesenangan). Dalam konvensi, kegiatan yang menjadi agenda pokok atau utama adalah “pertemuan massal”, sedangkan kegiatan rekreasi –– jikapun dilakukan –– lebih bersifat sampingan.

No comments:

Post a Comment