Kata ‘sejarah’ (dalam bahasa Indonesia) berasal dari kata bahasa Arab, sajaratun, yang artinya pohon. Adapun dalam bahasa Arab sendiri, ‘sejarah’ justru disebut tarikh, yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti waktu atau penanggalan. Dari segi substansi arti, kata ‘sejarah’ lebih dekat dengan kata bahasa Yunani, historia, yang berarti ilmu atau orang pandai. Dalam bahasa Inggris, kata tersebut kemudian diadaptasi menjadi history, yang berarti ‘masa lalu manusia’. Kata lain yang mendekati makna atau acuan tersebut adalah geschichte (bahasa Jerman), historie (Prancis), storia (Italia), dan gescheiedenis (Belanda).
Dengan mempertimbangkan arti secara kebahasaan dari berbagai bahasa, kiranya dapat ditegaskan bahwa (definisi) sejarah terkait dengan ‘waktu dan peristiwa’. Persoalan waktu penting dalam memahami suatu peristiwa sehingga para sejarawan cenderung mengatasi masalah dengan membuat periodisasi. Sebagai istilah, sejarah kemudian didefinisikan sebagai studi tentang masa lalu, khususnya dalam kaitannya dengan manusia.
Sejarah menjadi topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Sejarah mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai keberhasilan dan kegagalan para pemimpin, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lain dalam kehidupan manusia. Dari sejarah kita dapat mempelajari hal-hal yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman.
Salah satu ungkapan yang termasyhur mengenai sejarah dan pentingnya belajar sejarah dikemukakan filsuf Spanyol, George Santayana. Ia mengatakan, “Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya.” Filsuf Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, juga mengemukakan, “Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya.” Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan Inggris, Winston Churchill, “Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya.
No comments:
Post a Comment