Thursday, November 9, 2017

Pernikahan Abad ke-21 Versus Pernikahan Ahad ke-21

Sumber: http mirror.dreamersradio.com dan foto.tempo.co

Pernikahan adalah hal yang normal sehingga tidak akan menggemparkan publik selama dilakukan dengan cara yang wajar. Akan tetapi, pernikahan akan menyedot perhatian publik jika dilakukan oleh anak dari seorang tokoh yang terkenal. Demikianlah juga halnya dengan pernikahan Pangeran William (putra Pangeran Charles-Putri Diana) dari Kerajaan Inggris dan pernikahan Kahiyang Ayu (putri Presiden Joko Widodo) dari Indonesia.
Pernikahan Pangeran William dan Kahiyang Ayu dengan pasangannya masing-masing mengundang perhatian masyarakat luas. Pernikahan Pangeran William menyita perhatian masyarakat Inggris dan internasional, sedangkan pernikahan Kahiyang Ayu menyita perhatian publik domestik Indonesia. Namun, meskipun sama-sama dilakukan oleh anak tokoh terkenal, gaya dan cara penyebutan pernikahan mereka sangat berbeda.
Pernikahan Pangeran William-Kate Middleton yang diselenggarakan pada 29 April 2011 sangatlah megah dan mewah. Resepsi dan prosesinya disiarkan secara langsung (live) ke seluruh dunia melalui televisi, disaksikan oleh sekitar 2 miliar masyarakat internasional, dan konon menghabiskan biaya sekitar Rp346 miliar. Itulah sebabnya, pernikahan mereka yang fenomenal sering disebut sebagai Pernikahan Abad ke-21.
Dalam pada itu, pernikahan Kahiyang Ayu-Muhammad Bobby Afif Nasution yang diadakan pada 8 November 2017 tidak terlalu megah dan mewah (untuk ukuran anak seorang presiden).  Resepsi dan prosesinya yang hanya ditayangkan secara live oleh stasiun televisi dalam negeri serta cukup disaksikan oleh masyarakat Indonesia saja dan biayanya, konon, tidak sampai Rp 2 miliar. Oleh karena itulah, pernikahan putri presiden kita itu cukup disebut saja Pernikahan Ahad ke-21.
Namun, mengapa disebut ahad ke-21? Karena, dihitung dari peringatan Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2017, minggu ini (8 November 2017) ternyata adalah minggu atau pekan yang ke-21 berdasarkan penanggalan nasional.
Ya, pernikahan memang tidak perlu megah dan mewah, tetapi yang terpenting 'sah dan penuh barokah.’ Mari kita doakan, semoga pernikahan Kahiyang Ayu-Muhammad Bobby Afif Nasution mendapatkan limpahan rahmat dan berkah dari Allah swt. Dan keluarga yang mereka bentuk mudah-mudahan menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah

Saturday, November 4, 2017

KMS: Antara Kartu Menuju Sehat dan Kartu Menuju Sakaratulmaut


Sumber: desain_shida

Kita yang sudah berkeluarga dan punya anak (dan sebagian sudah punya cucu) pasti sudah paham dan hafal akan dunia anak-anak. Anak kita yang belum genap berumur 5 tahun lazim disebut balita (bawah lima tahun). Sebagai alat untuk memantau kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan tubuh si balita, kita biasanya mendapat sebuah kartu yang disebut KMS (kartu menuju sehat) dari klinik bersalin atau rumah sakit tempat si kecil dilahirkan.
Untuk kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya, balita harus rutin diberi ASI serta makanan dan minuman tambahan lain yang bergizi cukup dan seimbang. Sebulan sekali kita juga perlu membawanya ke posyandu atau puskesmas untuk diperiksa dan ditimbang berat badannya. Hasil pemeriksaan dan penimbangan akan diisikan pada KMS sebagai bahan untuk evaluasi dan menentukan langkah-langkah perawatan selanjutnya.
Selama kita rajin, tekun, disiplin, dan teratur melakukan semua hal di atas serta tak lalai memberikan kasih sayang yang cukup, kita tak perlu khawatir akan kesehatan serta masa depan pertumbuhan dan perkembangan balita kita. Sejauh kondisinya normal dan kita merawatnya dengan cara yang wajar dan standar, balita kita akan baik-baik saja, kecuali terjadi hal-hal yang berada di luar kuasa kita (force majeure).  Dapat dipercaya, kita semua rasanya sudah melakukan tugas, tanggung jawab, dan kewajiban kita kepada balita-balita kita dengan baik.
Namun, sejalan dengan bertambahnya usia, diri kita sendiri ternyata telah atau mulai menjelma menjadi balita juga. Kita menjadi balitadalam bentuk yang lain, yaknibawah lima puluh tahun! Dan seperti halnya balita anak-anak kita, ternyata kita juga membutuhkan KMS dalam bentuk yang juga lain, yakni kartu menuju sakaratulmaut!
Seperti halnya balita anak, sebagai balita dewasa, kita juga membutuhkan perawatan untuk keperluan pengisian kartu menuju sakratulmaut. Akan tetapi, tidak seperti perawatan balita anak yang memerlukan peran orang tua, perawatan balita dewasa hampir sepenuhnya membutuhkan peran dan kesadaran diri sendiri dari yang bersangkutan. Dengan kata lain, sebagai balita dewasa, kita sendirilah yang melakukan perawatan diri untuk mengisi kartu menuju sakaratulmaut milik kita.
Jika perawatan balita anak dilakukan agar kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya senantiasa menunjukkan grafik meningkat pada kartu menuju sehat, perawatan balita dewasa dilakukan agar keimanan dan ketakwaannya juga senantiasa menunjukkan indikasi meningkat pada kartu menuju sakaratulmaut. ASI serta makanan dan minuman tambahan yang bergizi cukup dan seimbang menjadi asupan wajib untuk peningkatan kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan balita anak. Namun, untuk balita dewasa, asupan mutlak yang tidak boleh ditinggalkan adalah ibadah agar keimanan dan ketakwaan pada kartu menuju  sakaratulmaut  secara progresif menunjukkan grafik peningkatan.
Sebagai balita dewasa (bawah lima puluh tahun), sudahkah kita melakukan hal-hal yang diperlukan untuk mengisi kartu menuju sakaratulmaut? Sudahkah kita menjalankan ibadah (wajib dan sunah) untuk memupuk keimanan dan ketakwaan agar grafiknya pada kartu menuju sakaratulmaut  memperlihatkan perkembangan yang meningkat? Sudahkah kita menjalankan salat, puasa, zakat, haji, dan ibadah-ibadah lainnya dengan ajek, tertib, disiplin, konsisten, dan ikhlas untuk mendapatkan rida Allah sehingga perkembangan keimanan dan ketakwaan kita yang tampak pada kartu menuju sakaratulmaut  meningkat dengan pesat dan mantap?
Pengisian kartu menuju sakaratulmaut  akan ada batas akhirnya. Batas akhirnya tak lain adalah saat Dokter Sang Pemilik Hidup (Allah swt.) memerintahkan asistennya, Malaikat Maut, untuk mengambil nyawa kita. Tidak seperti kartu menuju sehat balita anak yang batas akhir pengisiannya dapat diperkirakan waktunya, hal yang sama pada kartu menuju sakaratulmaut  sama sekali tidak bisa diduga. Detik ini, sepuluh menit yang akan datang, lima jam lagi, besok pagi, atau seminggu mendatang, batas akhir itu bisa sewaktu-waktu tiba.

Jika kita lalai mengisi kartu menuju sakaratulmaut  dengan ibadah yang tekun, tertib, disiplin, konsisten, dan ikhlas  sementara sakaratulmaut  itu sendiri datang dengan sangat tiba-tiba, maka tak tertolong lagi, grafik keimanan dan ketakwaan pada kartu menuju sakaratulmaut  kita bisa menurun atau bahkan menukik tajam ke bawah. Penurunan atau penukikan grafik ini, seperti dijanjikan oleh Dokter Sang Pemilik Hidup, tidak mengantarkan sang pemilik kartu menuju sakaratulmaut  ke tempat penuh kenikmatan dan kenyamanan (surga), melainkan ke jurang kenistaan yang penuh dengan azab dan kesengsaraan (neraka).