Betapapun sulitnya mengenal
dan memastikan potensi yang
kita miliki, upaya yang satu ini harus tetap kita lakukan jika kita benar-benar
serius ingin meraih kesuksesan. Dengan mengetahui potensi diri secara pasti,
kita akan memiliki pegangan yang meyakinkan dalam menuju arah yang benar guna
meraih sukses. Dengan mengetahui potensi diri secara pasti, peluang kita
memperoleh kesuksesan menjadi lebih besar dibandingkan dengan jika kita tak
memiliki pengetahuan tentang potensi kita.
Dengan demikian, kita menjadi tahu langkah-langkah yang akan
dilakukan untuk mengembangkan potensi. Langkah-langkah yang akan kita ambil
menjadi lebih kondusif dan berdaya guna bagi pengembangan potensi menuju
kecakapan dan kompetensi. Upaya-upaya pengembangan potensi juga akan lebih
terukur, cermat, efektif, efisien, dan optimal karena didasarkan pada potensi
yang riil, bukan pada potensi yang bersifat spekulatif dan tak jelas.
Usaha untuk mengenal atau mengetahui potensi tidak dapat dilakukan
dengan cara serampangan. Kita tidak dapat menilai potensi diri berdasarkan
selera pribadi. Misalnya, hanya karena kita menggandrungi musik, kita lantas
menyimpulkan bahwa potensi yang kita miliki ada pada bidang musik. Atau, hanya
karena teman kita banyak yang menyukai jenis olahraga tertentu, kita memaksakan
diri untuk ikut-ikutan menyukainya kemudian memas-tikan bahwa potensi kita ada
pada bidang olahraga tersebut. Atau lagi, hanya karena di televisi dan media online
(internet) muncul trend tertentu
yang banyak disukai masyarakat (terutama kaum muda), kita ikut larut dan
terlena untuk menerjuninya dengan pengharapan spekulatif bahwa siapa tahu kita
punya potensi dalam bidang yang dimaksud. Semua langkah ini bukanlah cara yang
baik dan tepat dalam menilai dan mengetahui potensi diri.
Memang bisa saja terjadi, potensi kita kebetulan sama dengan
potensi yang dimiliki oleh kebanyakan orang lain sehingga apa yang kita lakukan
untuk mengembangkannya seakan-akan selalu terlihat ikut-ikutan orang lain.
Selama potensi kita memang benar-benar ada dalam bidang tersebut, hal itu tentu
saja tidak menjadi masalah. Misalnya saja, saat ini banyak anak muda yang
memiliki bakat menyanyi, dan kita kebetulan termasuk salah satunya yang
menonjol; maka sama sekali tidak perlu dipersoalkan jika kita fokus berlatih
dan belajar menyanyi. Biarpun banyak sekali orang lain yang melakukannya
sehingga dunia seolah-olah dipenuhi teriakan vokal manusia yang sedang belajar
dan berlatih menyanyi, jika kita pun turut meramaikannya, tidaklah menjadi
masalah. Prinsipnya, marilah kita belajar, berlatih, dan berkompetisi secara
sehat dan adil.
Hal yang menjadi problem adalah jika kita melakukan semua itu
hanya sekadar ikut arus dan memanfaatkan situasi saja. Kita tidak atau belum
tahu potensi kita yang sebenarnya, tetapi demi kemeriahan massal semata kita
turut belajar dan berlatih menyanyi serta kemudian berpartisipasi dalam sekian
lomba atau festival. Jika ini yang terjadi, kita telah melakukan inefisiensi
dan pemborosan (waktu, uang, dan energi) yang di kemudian hari mungkin sekali
akan mengakibatkan rasa lelah dan kecewa.
Kecermatan, kewaspadaan, dan kehati-hatian sungguh sangat
dibutuhkan dalam usaha mengenal dan memastikan potensi diri. Di tengah
maraknya gaya hidup hedonis (lebih
mengutamakan kesenangan dan kepuasan jasmani semata) saat ini, orang ––
terutama para remaja –– mudah sekali terseret arus trend gaya hidup
umum, termasuk dalam mengembangkan potensi. Tidak sedikit remaja dan anak muda
umumnya yang menekuni bidang tertentu untuk pengembangan potensi hanya sekadar
mengikuti mode atau trend, tanpa tahu atau peduli apakah potensinya ada
dalam bidang tersebut atau tidak. Mereka mengabaikan sikap cermat, waspada, dan
hati-hati dalam memilih aktivitas yang sesuai dengan potensi diri serta sebaliknya
lebih tergiur oleh kesenangan dan emosi sesaat.
Sikap mudah tergiur oleh kesenangan dan emosi sesaat dapat
menyebabkan kita terjerumus dalam perilaku ceroboh, keras kepala, dan congkak
yang akan menjauhkan kita dari akurasi dalam mengenal potensi diri. Sebaliknya,
sikap cermat, waspada, dan hati-hati akan menjadikan kita lebih legawa
(lapang dada) dalam membaca kelemahan dan kelebihan diri sehingga akan lebih
akurat dalam ikhtiar mengenal potensi diri. Sikap cermat, waspada, dan
hati-hati juga akan menghindarkan kita dari berbagai kesalahan dan kesesatan
yang membahayakan hidup kita.
Suka ikut-ikutan (snobis), gemar berspekulasi, dan mudah larut
dalam trend merupakan kecenderungan yang seringkali menghinggapi kaum
remaja dalam upaya mewujudkan keinginan-keinginan hidup. Hal ini sebenarnya
merupakan gejala yang lumrah dan alamiah mengingat kaum remaja pada dasarnya
memang masih dalam taraf pertumbuhan serta pencarian jatidiri sehingga secara
kurang sadar seringkali melakukan berbagai eksperimentasi diri. Hanya
masalahnya, jika tak terkendali, hal itu akan menjadi kendala serius dalam
upaya mengenal dan memastikan potensi diri.
Bagaimanapun juga, usaha mengenal dan memastikan potensi diri
membutuhkan energi dan sumber daya tersendiri. Upaya ini benar-benar memerlukan
perhatian, waktu, dan konsentrasi khusus. Upaya yang dilakukan untuk mengenal
dan memastikan potensi diri harus bebas dari berbagai “intervensi”: dari selera
dan subjektivitas pribadi, godaan untuk menyamakannya dengan kecenderungan
umum, hingga memenuhi keinginan orang tua.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mengetahui potensi diri
tentu saja adalah menanamkan keinginan yang kuat dan serius untuk mengenal potensi
diri sendiri. Setelah itu, kita harus mencoba mulai mengetahui potensi diri
dengan jujur, objektif, dan realistis. Kita harus melihat dan menilai secara
apa adanya kemudian berani dan bersedia menerimanya dengan apa adanya juga.
Itulah hal-hal yang paling harus diutamakan dalam mengetahui
potensi diri. Adapun langkah-langkah terperinci dalam mengetahui potensi itu
sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Berikut ini beberapa cara di
antaranya.
- Selama waktu tertentu, lakukan banyak kegiatan. Kegiatan yang dapat dipilih adalah olahraga (sepak bola, bola voli, basket, renang, pencak silat, dan sebagainya), seni (musik, lukis, tari, teater, dan sebagainya), menulis (esai, artikel, cerpen, puisi, dan sebagainya), berorganisasi, berkebun, kerajinan tangan, membaca, traveling, dan sebagainya. Dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan, jangan terpancang pada kegiatan yang disukai saja.
- Dari sekian kegiatan yang dilakukan, rasakan kegiatan yang paling cepat mengalami perkembangan dan kemajuan. Untuk keperluan ini, dapat dibuat daftar tertulis berisi kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan serta perkembangan dan kemajuan yang dicapai.
- Mintalah pendapat kepada orang lain tentang kegiatan yang paling atau lebih menonjol dari sekian kegiatan yang dilakukan. Maksudnya, menurut penilaian orang lain, kegiatan apa yang tampak menunjukkan kemampuan yang paling mengesankan dari sekian kegiatan yang kita lakukan. Orang lain yang dimintai pendapat terutama adalah teman satu kegiatan, sahabat karib, guru, orang tua, dan saudara.
- Kegiatan yang lebih cepat mengalami perkembangan dan kemajuan serta menurut penilaian orang lain memperlihatkan kemampuan yang mengesankan kemungkinan menjadi potensi yang kita miliki. Lanjutkan kegiatan tersebut sambil terus merasakan perkembangan dan kemajuan yang dicapai serta meminta pendapat orang lain, sementara kegiatan-kegiatan lain yang tidak memperlihatkan perkembangan mengesankan dapat langsung ditinggalkan.
Empat upaya tersebut hanya
merupakan alternatif yang dapat kita lakukan. Keempatnya masih dapat kita
lengkapi dengan beberapa langkah lain. Langkah tambahan yang dapat dilakukan,
antara lain, sebagai berikut:
- mengenali diri sendiri dengan membuat daftar pertanyaan, seperti apa yang membuat kita bahagia, apa yang kita inginkan dalam hidup, apa kelebihan dan kekuatan kita, serta menjawab pertanyaan-pertanyan tersebut dengan jujur dan objektif;
- menentukan tujuan hidup –– jangka pendek dan jangka panjang –– secara realistis, yakni sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang dihadapi;
- mengenali motivasi hidup dengan cara merasakan hal-hal apa yang membuat kita paling atau lebih terpacu untuk melakukan aktivitas tertentu;
- menghilangkan kebiasaan berpikir negatif dengan tidak melemparkan kesalahan dan kelemahan kepada pihak lain, tetapi justru dijadikan bahan untuk evaluasi dan memperbaiki diri;
- tidak menyesali dan mengadili diri sendiri berkepanjangan jika melakukan kesalahan atau mengalami kegagalan, tetapi menjadikan keduanya (kesalahan atau kegagalan) sebagai penambah semangat.
No comments:
Post a Comment