Apakah
yang disebut kecerdasan? Apa sajakah jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki manusia?
Bagaimanakah peranan kecerdasan sebagai bagian dari potensi manusia?
Bagaimanakah hubungan antara kecerdasan dan potensi manusia?
Kecerdasan sebenarnya
adalah bagian dari potensi manusia. Salah satu potensi yang dimiliki oleh
manusia tidak lain adalah kecerdasan. Bahkan, ada anggapan bahwa kecerdasan
merupakan potensi paling penting yang dimiliki manusia. Anggapan ini muncul,
mungkin karena kecerdasan berperan secara langsung dalam menentukan arah dan
nasib kehidupan manusia serta memiliki nuansa, cakupan, dan jenis yang beraneka
ragam.
Kecerdasan berasal dari
kata dasar cerdas, yang artinya ‘tajam pikiran’ atau ‘sempurna perkembangan
akal budinya untuk berpikir, memahami, dan sebagainya’ (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002: 209). Kecerdasan biasa disamakan dengan inteligensi. Kecerdasan/inteligensi
adalah daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun
mental, terhadap pengalaman baru serta membuat pengalaman dan pengetahuan siap
untuk digunakan jika dihadapkan pada fakta atau kondisi baru (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2002: 438).
Kecerdasan atau inteligensi
banyak menjadi kajian dalam psikologi. Berikut ini dikemukakan beberapa
definisi lain dari kecerdasan atau inteligensi.
- Howard
Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai (a) kemampuan untuk memecahkan suatu
masalah, (b) kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan, (c)
kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang
berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat (dalam
http://www.ka-jianpustaka.com).
- Munzert
mengartikan kecerdasan sebagai sikap intelektual mencakup kecepatan memberikan
jawaban, penyeleasaian, dan kemampuan menyelesaikan masalah (dalam Sagala,
2010: 82).
- David
Wescler mengartikan kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk
bertindak, berpikir rasional, dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif
(Sagala, 2010: 82).
- Menurut
Gregory, kecerdasan adalah kemampuan atau keterampilan untuk memecahkan masalah
atau menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya
tertentu (dalam http://www.pengertianahli.com).
- C.P.
Chaplin menyatakan, kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan
diri terhadap situasi baru secara tepat dan efektif (dalam
http://www.pengertianahli.com).
- Menurut
Anita E. Woolfolk, kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan
yang diperoleh, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau
lingkungan pada umumnya (dalam http://www.pengertian-ahli.com).
- L.L.
Thrstone menyatakan, inteligensi adalah (a) kecakapan untuk memahami pengertian
yang diucapkan dengan kata-kata (verbal comprehension); (b) kecakapan dan
kefasihan untuk menggunakan kata-kata (word fluency); (c) kecakapan
untuk memecahkan masalah matematika (penggunaan angka-angka atau bilangan) (number);
(d) kecakapan tilikan ruang, sesuai dengan bentuk hubungan formal, seperti
menggambar design from memory (space); (e) kecakapan untuk
mengingat (memory); (f) kecakapan mengamati dan menafsirkan, mengamati
persamaan dan perbedaan suatu objek (perceptual); (g) kecakapan
menemukan dan menggunakan prinsip-prinsip (reasoning) (dalam Sobur,
2011: 157).
- Menurut
Alfred Binet, inteligensi memiliki tiga aspek kemampuan, yakni (a) kemampuan
untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan (direction);
(b) kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapi atau
fleksibel dalam menghadapi masalah (adaptation); dan (c) kemampuan untuk
melakukan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap diriya
sendiri (criticism) (dalam Effendi & Praja, 1993).
- Menurut
George Stodard, inteligensi adalah kecakapan dalam menyatakan tingkah laku yang
memiliki ciri-ciri (a) mempunyai tingkat kesukaran, (b) kompleks, (c) abstrak,
(d) ekonomis, (e) memiliki nilai-nilai sosial, (f) memiliki daya adaptasi
dengan tujuan, (g) menunjukkan kemurnian (dalam Sobur, 2011: 157).
- Menurut
S.C. Utami Munandar, inteligensi adalah (a) kemampuan untuk berpikir abstrak,
(b) kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar, (c)
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru (dalam Sobur,
2011: 156).
- Edward
Thorndike menyatakan, inteligensi ialah kemampuan individu untuk memberikan
res-pons yang tepat atau baik terhadap rangsangan yang diterima (dalam Sobur,
2011: 157).
- William
Stern menyatakan, inteligensi adalah kapasitas atau kecakapan umum pada
individu yang secara sadar digunakan untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi
yang dihadapi (dalam Sobur, 2011: 158).
- Kecerdasan
atau inteligensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan memahami dunia, berpikir
rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif saat dihadapkan pada
tantangan, hambatan, atau kesulitan. (dalam http://www.pengertianahli.com).
- Kecerdasan
adalah kemampuan umum manusia untuk berpikir dengan cara rasional dan melakukan
tindakan-tindakan yang mengandung tujuan. (dalam
http://www.pengertianahli.com).
- Kecerdasan
adalah kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan inovasi, dan memberikan
solusi dalam berbagai situasi (dalam http://www.pengertianahli.com).
Hasil
penelitian-penelitian dan kajian-kajian ilmiah oleh para ilmuwan telah
membongkar misteri dan mitos serta mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi
di seputar kecerdasan. Pada masa lalu, terutama di kalangan masyarakat awam
Indonesia, kecerdasan seringkali hanya dianggap sebagai kecakapan atau
ketangkasan dalam memahami pelajaran (sekolah) atau informasi yang bersifat
pengetahuan saja. Atau, paling banter, kecerdasan dipandang sebagai kemampuan
dalam menangkap dan memahami hal-hal yang datang atau ada di hadapan seseorang.
Dalam keadaan seperti ini, makin cepat seseorang mampu menangkap dan memahami
hal-hal yang dihadapkan kepadanya, maka ia dianggap makin cerdas, dan demikian
juga sebaliknya. Akan tetapi, anggapan-anggapan tersebut sekarang telah
terkoreksi oleh serangkaian penemuan-penemuan baru tentang kecerdasan manusia.
Berbagai penemuan
menunjukkan, kecerdasan manusia ternyata memiliki dimensi yang luas dan
kompleks. Kecerdasan tidak semata-mata hanya terkait dengan ‘kemampuan otak’
dalam pengertian fisik sebagai bagian dari organ tubuh manusia, melainkan juga
dengan organ-organ tubuh lain serta juga perasaan atau emosi. Howard Gardner mengungkap rahasia di balik
kecerdasan, bahwa manusia lebih rumit daripada apa yang dijelaskan melalui tes
IQ atau tes apa pun. Ia mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan
yang berbeda.
Oleh karena itu,
saat ini kita mengenal berbagai jenis kecerdasan: kecerdasan intelektual,
kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, kecerdasan fisik, kecerdasan
visual, dan sebagainya. Lebih lengkap dan terperinci berikut ini dipaparkan
berbagai jenis kecerdasan yang (diyakini) dimiliki oleh manusia.
- Manusia memiliki sembilan jenis kecerdasan.
Kesembilan kecerdasan tersebut ialah kecerdasan logis-matematis, kecerdasan
linguistik, kecerdasan kinestetik-jasmani (kecerdasan fisik), kecerdasan
spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan antarpribadi, kecerdasan intrapribadi
(kecerdasan dalam diri sendiri), kecerdasan naturalis (lingkungan), dan kecerdasan
eksistensial. Kecuali kecerdasan eksistensial, delapan kecerdasan lainnya
merupakan temuan Howard Gardner, tokoh pendidikan dan psikologi yang
mencetuskan teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences).
- Kecerdasan logis-matematis.
Kecerdasan ini merupakan kecerdasan dalam angka dan logika; kecerdasan yang
biasanya dimiliki oleh para ilmuwan, akuntan, dan pemrogram komputer. Fisikawan
Isaac Newton dan Albert Einstein memanfaatkan kecerdasan ini saat mereka
menghasilkan penemuan besarnya masing-masing (Newton dengan kalkulusnya dan
Einstein dengan teori relativitasnya). Kecerdasan logis-matematis meliputi
kecakapan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat,
menyusun hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan
rasionalitas.
- Kecerdasan linguistik.
Kecerdasan ini adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Kecerdasan ini dimiliki
para wartawan, sastrawan, penulis teks pidato, dan orator. Kecerdasan jenis ini
menghasilkan karya besar dalam bidang sastra, seperti King Lear (William
Shakespeare), Doctor Zhivago (Boris Pasternak), Waiting for Godot
(Samuel Beckett), dan One Hundred Years of Solitude (Gabriel Marques).
Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu menulis, berargumentasi, meyakinkan
orang, atau mengajar dengan efektif melalui rangkaian kalimat yang
disampaikannya. Mereka kutu buku, dapat menulis dengan jelas dan lincah, serta
mampu mengartikan bahasa tulisan secara luas.
- Kecerdasan kinestetik-jasmani.
Kecerdasan ini disebut kecerdasan fisik. Tercakup di dalamnya bakat
mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Atlet,
penari, pengrajin, montir, dan ahli bedah memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani
tingkat tinggi. Orang berkecerdasan fisik memiliki keterampilan dalam menjahit,
bertukang, atau merakit model. Mereka menyukai kegiatan fisik, seperti berjalan
kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atau arung jeram. Mereka cekatan, lincah,
indra perabanya sangat peka, tak bisa diam, dan menaruh minat terhadap sangat
banyak hal.
- Kecerdasan spasial.
Kecerdasan ini mencakup kemampuan berpikir dalam gambar serta kemampuan untuk
memperhatikan (mencerap), mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam
dunia visual-spasial. Kecerdasan spasial biasanya dimiliki oleh para arsitek,
fotografer, pilot, dan insinyur mesin. Orang yang memiliki derajat kecerdasan
spasial yang tinggi punya kepekaan yang kuat terhadap detail visual sehingga
dapat menggambarkan sesuatu dengan sangat hidup, melukis atau membuat sketsa
ide dengan jelas, serta mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
Tokoh yang memiliki kecerdasan ini, antara lain, Basuki Abdullah, Dede Eri
Supria, Thomas Alva Edison, Pablo Picasso, dan Rembrandt.
- Kecerdasan musikal.
Ciri utama kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan
menciptakan irama dan melodi. Musisi seperti Mozart, Bach, Beethoven, Chopin,
Jimi Hendrix, Bob Marley, dan pemain gamelan Bali memiliki kecerdasan musikal.
Kecerdasan musikal juga dimiliki orang yang sensitif akan nada, mampu
menyanyikan lagu dengan memukau, dan mampu mengikuti irama musik.
- Kecerdasan antarpribadi.
Kecerdasan ini adalah kecerdasan untuk memahami dan menjalin hubungan dengan
orang lain. Kecerdasan antarpribadi terutama menuntut kemampuan untuk mencerap
dan tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan kemauan orang lain.
Mereka yang memiliki kecerdasan antarpribadi dapat mempunyai rasa iba, simpati,
dan tanggung jawab sosial yang besar seperti halnya tokoh terkemuka India,
Mahatma Gandhi, tetapi dapat juga gemar melakukan manipulasi serta berlaku
licik dan busuk seperti Niccolo Machiavelli. Namun, mereka semua memiliki
kemampuan memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang orang yang
bersangkutan sehingga mereka dapat menjadi networker, negosiator, dan
pengajar yang andal.
- Kecerdasan intrapribadi atau
kecerdasan dalam diri sendiri. Orang yang memiliki kecerdasan ini dapat
dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan
emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan mengarahkan
kehidupannya. Mereka yang memiliki kecerdasan intrapribadi berprofesi sebagai
konselor, teolog, dan wirausahawan. Mereka menyukai introspeksi dan meditasi,
kontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam. Namun, mereka
juga sangat mandiri, sangat fokus pada tujuan, dan sangat disiplin. Umumnya
mereka suka belajar sendiri dan lebih memilih be-kerja sendiri daripada bekerja
dengan orang lain (Armstrong, 1999: 3–6).
- Kecerdasan naturalis (lingkungan).
Menurut Howard Gardner, kecerdasan lingkungan adalah kemampuan seseorang untuk
memahami flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial
lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan
menggunakan kemampuan tersebut secara produktif dalam berburu, bertani, dan
mengembangkan pengetahuan akan alam. Kecerdasan lingkungan yang tinggi akan
menjadikan seseorang mampu hidup di luar rumah, mampu bersa-habat dan
berhubungan baik dengan alam, serta mudah membuat identifikasi dan klasifikasi
seputar tanaman dan binatang. Ia mampu mengenal sifat dan tingkah laku binatang
dengan baik serta biasanya mencintai lingkungan. Kecerdasan lingkungan sebenarnya
agak kontroversial karena dianggap masih menjadi bagian dari kecerdasan
logis-matematis. Akan tetapi, menurut Gardner, kecerdasan lingkungan berbeda
dengan inteligensi logis-matematis.
- Kecerdasan eksistensial.
Kecerdasan ini terkait dengan kemampuan individu dalam menjawab problem
terdalam dari keberadaan (eksistensi) manusia. Orang yang memiliki kecerdasan ini
tak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, melainkan
mencoba untuk menyadarinya dan mencari jawaban terdalam atas pertanyaan:
mengapa saya ada, untuk apa saya hidup, apa sebenarnya makna hidup ini, dan
sebagainya. Kecerdasan eksistensial dimiliki banyak filsuf, utamanya filsuf
aliran eksistensialis, yang rajin mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan
eksistensi hidup manusia. Sokrates, Plato, Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd,
Descartes, Immanuel Kant, Jean-Paul Sartre, dan Nietzsche adalah para filsuf
dan cendekiawan termasyhur dunia yang memiliki kecerdasan eksistensial tinggi.
- Jenis-jenis kecerdasan yang secara umum dipahami
terdiri atas kecerdasan intelektual (intelegent quotient –– IQ),
kecerdasan emosional (emotional quotient –– EQ), kecerdasan
spritual (spiritual quotient –– SQ), dan kecerdasan menghadapi
kesulitan (adversity quotient –– AQ).
- Kecerdasan intelektual (intelegent
quotient –– IQ). Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan individu
untuk berpikir, mengolah, dan menguasai lingkungan secara optimal serta bertindak
secara terarah. Kecerdasan intelektual digunakan untuk memecahkan masalah
logika dan strategis.
- Kecerdasan emosional (emotional
quotient –– EQ). Kecerdasan emosional adalah kemampuan individu untuk
mengenali, mengendalikan, dan menata perasaan diri sendiri dan diri orang lain
secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan diinginkan orang lain.
Kecerdasan ini memberi kesadaran mengenai perasaan diri sendiri dan perasaan
orang lain serta memberikan empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk
menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat.
- Kecerdasan spritual
(spiritual quotient –– SQ): Kecerdasan spritual adalah kecerdasan yang
mengilhami dan melambungkan semangat seseorang dengan mengikatkan diri pada
nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu. Kecerdasan ini digunakan untuk
membedakan baik dan buruk, benar dan salah, serta pemahaman terhadap standar
moral. Kecerdasan spritual digunakan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan.
Setiap individu memiliki potensi kecerdasan spritual yang besar. Kecerdasan ini
tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan, dan materi lainnya.
- · Kecerdasan menghadapi kesulitan (adversity
quotient –– AQ). Kecerdasan ini merupakan kecerdasan individu untuk
bertahan dalam menghadapi berbagai kesulitan dan mengatasi tantangan hidup.
Paul G. Stoltz membedakan tingkatan adversity quotient menjadi tiga,
tingkat quitrers, tingkat campers, dan tingkat climbers.
o Tingkat
quitrers (orang yang
berhenti). Tingat quiters adalah tingkat yang paling rendah/paling lemah
AQ-nya. Mereka yang AQ-nya berada pada tingkat ini akan berhenti dan langsung
menyerah saat dihadapkan pada berbagai kesulitan hidup yang pelik.
o Tingkat
campers
(orang
yang berkemah). Campers adalah tingkat AQ sedang. Mereka yang memiliki AQ
tingkat ini mera-sa puas atas apa yang dicapainya dan enggan untuk lebih maju
atau lebih suk-ses lagi.
o Tingkat
climbers (orang yang
mendaki). Ini adalah tingkat AQ yang paling tinggi. Mereka yang memiliki AQ
tingkat climbers akan mampu bertahan dan mengatasi kesulitan hidup serta
tantangan hidup.
3. Selain kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan menghadapi kesulitan, manusia
juga memiliki kecerdasan kreativitas (creativity quotient –– CQ).
Kecerdasan kreativitas adalah kecakapan individu untuk menemukan dan
menciptakan hal-hal baru dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, dan
sebagainya. Kreativitas meliputi dua unsur, yakni kemampuan menghasilkan
sejumlah gagasan atau ide pemecahan masalah dengan lancar dan kemampuan untuk
menemu-kan gagasan yang berbeda dan luar biasa untuk memecahkan masalah. Adapun
Guil Ford mendeskripsikan lima ciri kreativitas, yakni kemampuan memproduksi
banyak ide (kelancaran), kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan
jalan pemecahan masalah (keluwesan), kemampuan untuk melahirkan gagasan yang
orisinil sebagai hasil pemikiran sendiri (keaslian), kemampuan menguraikan
sesuatu secara terperinci (penguraian), dan kemampuan untuk mengkaji kembali
suatu hal melalui cara yang berbada dengan yang sudah lazim (perumusan
kembali).
4. Manusia memiliki kecerdasan moral (moral
quo-tient –– MQ). Kecerdasan moral adalah kemampuan untuk membedakan yang
benar dari yang salah seperti yang didefinisikan oleh prinsip umum. Prinsip
umum merupakan kepercayaan mengenai tingkah laku manusia secara umum pada
seluruh budaya di dunia. Kecerdasan moral bukan hanya penting untuk mengefektifkan
kepemimpinan, melainkan juga merupakan ‘pusat kecerdasan’ bagi seluruh manusia.
Hal ini karena kecerdasan moral secara langsung mendasari kecerdasan manusia
untuk berbuat sesuatu yang berguna. Kecerdasan moral menjadikan hidup manusia
memiliki tujuan dan makna. Tanpa kecerdasan moral, kita tidak dapat melakukan
suatu hal dengan benar serta peristiwa-peristiwa yang menjadi pengalaman
menjadi tak berarti.
5. Manusia juga memiliki kecerdasan
intuitif/visi. Orang yang mempunyai kecerdasan ini dapat merasakan suatu
firasat. Mereka dapat mengetahui sesuatu itu benar atau salah semua dari naluri
yang ia memiliki. Ini adalah kecerdasan seseorang yang menentukan menjadi
pemimpin atau pengikut. Pemimpin-pemimpin besar dapat melihat situasi yang akan
terjadi dan mengambil tindakan tepat untuk menanggapinya. Tindakan yang diambil
bukan hanya berdasarkan intuisi semata, melainkan juga fakta-fakta ke belakang
dan membuat keputusan dengan berani. Dalam dunia teknologi informasi, Bill
Gates adalah salah satu contohnya; ia sepertinya dapat meramalkan bahwa PC akan
tersedia di rumah-rumah dan nyatanya sekarang komputer bukan barang langka bagi
rumah tangga.