|
Sumber: desain_shida |
Kita yang sudah berkeluarga
dan punya anak (dan sebagian sudah punya cucu) pasti sudah
paham dan hafal akan dunia anak-anak. Anak kita yang belum genap berumur 5
tahun lazim disebut balita (bawah
lima tahun). Sebagai alat untuk memantau kesehatan serta pertumbuhan dan
perkembangan tubuh si balita, kita biasanya mendapat sebuah kartu yang disebut
KMS (kartu menuju sehat) dari klinik bersalin
atau rumah sakit tempat si kecil dilahirkan.
Untuk kesehatan serta
pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya, balita harus rutin diberi ASI serta
makanan dan minuman tambahan lain yang bergizi cukup dan seimbang. Sebulan
sekali kita juga perlu membawanya ke posyandu atau puskesmas untuk diperiksa
dan ditimbang berat badannya. Hasil pemeriksaan dan penimbangan akan diisikan
pada KMS sebagai bahan untuk evaluasi dan menentukan langkah-langkah perawatan
selanjutnya.
Selama kita rajin, tekun,
disiplin, dan teratur melakukan semua hal di atas serta tak lalai memberikan kasih
sayang yang cukup, kita tak perlu khawatir akan kesehatan serta masa depan
pertumbuhan dan perkembangan balita kita. Sejauh kondisinya normal dan kita
merawatnya dengan cara yang wajar dan standar, balita kita akan baik-baik saja,
kecuali terjadi hal-hal yang berada di luar kuasa kita (force majeure).
Dapat dipercaya, kita semua rasanya sudah melakukan tugas, tanggung
jawab, dan kewajiban kita kepada balita-balita kita dengan baik.
Namun, sejalan dengan
bertambahnya usia, diri kita sendiri ternyata telah atau mulai menjelma menjadi
balita juga. Kita menjadi “balita” dalam bentuk yang lain, yakni ‘bawah lima puluh tahun’! Dan seperti halnya
balita anak-anak kita, ternyata kita juga membutuhkan KMS dalam bentuk yang juga
lain, yakni kartu menuju sakaratulmaut!
Seperti halnya balita anak,
sebagai balita dewasa, kita juga membutuhkan perawatan untuk keperluan
pengisian kartu menuju sakratulmaut.
Akan tetapi, tidak seperti perawatan balita anak yang memerlukan peran orang
tua, perawatan balita dewasa hampir sepenuhnya membutuhkan peran dan kesadaran
diri sendiri dari yang bersangkutan. Dengan kata lain, sebagai balita dewasa,
kita sendirilah yang melakukan perawatan diri untuk mengisi kartu menuju sakaratulmaut milik kita.
Jika perawatan balita anak
dilakukan agar kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya senantiasa
menunjukkan grafik meningkat pada kartu menuju sehat, perawatan balita dewasa
dilakukan agar keimanan dan ketakwaannya juga senantiasa menunjukkan indikasi
meningkat pada kartu menuju sakaratulmaut. ASI serta makanan dan minuman tambahan yang
bergizi cukup dan seimbang menjadi asupan wajib untuk peningkatan kesehatan
serta pertumbuhan dan perkembangan balita anak. Namun, untuk balita dewasa,
asupan mutlak yang tidak boleh ditinggalkan adalah ibadah agar keimanan dan ketakwaan pada kartu
menuju sakaratulmaut secara progresif menunjukkan grafik
peningkatan.
Sebagai balita dewasa (bawah lima puluh tahun), sudahkah
kita melakukan hal-hal yang diperlukan untuk mengisi kartu menuju sakaratulmaut? Sudahkah kita menjalankan
ibadah (wajib dan sunah) untuk memupuk keimanan dan ketakwaan agar grafiknya
pada kartu menuju sakaratulmaut memperlihatkan
perkembangan yang meningkat? Sudahkah kita menjalankan salat, puasa, zakat,
haji, dan ibadah-ibadah lainnya dengan ajek, tertib,
disiplin, konsisten,
dan ikhlas untuk mendapatkan
rida Allah sehingga perkembangan keimanan dan ketakwaan kita yang tampak pada
kartu menuju sakaratulmaut meningkat
dengan pesat dan mantap?
Pengisian kartu menuju sakaratulmaut akan
ada batas akhirnya. Batas akhirnya tak lain adalah saat Dokter Sang Pemilik Hidup (Allah
swt.) memerintahkan asistennya, Malaikat Maut, untuk mengambil nyawa kita. Tidak seperti kartu
menuju sehat balita anak yang batas akhir pengisiannya dapat diperkirakan
waktunya, hal yang sama pada kartu menuju sakaratulmaut
sama
sekali tidak bisa diduga. Detik ini, sepuluh menit yang akan datang, lima jam
lagi, besok pagi, atau seminggu mendatang, batas akhir itu bisa sewaktu-waktu
tiba.
Jika kita lalai mengisi kartu
menuju sakaratulmaut dengan
ibadah yang tekun, tertib, disiplin, konsisten, dan
ikhlas sementara sakaratulmaut itu sendiri datang dengan sangat tiba-tiba,
maka tak tertolong lagi, grafik keimanan dan ketakwaan pada kartu menuju sakaratulmaut kita
bisa menurun atau bahkan menukik tajam ke bawah. Penurunan atau penukikan
grafik ini, seperti dijanjikan oleh Dokter Sang Pemilik Hidup, tidak
mengantarkan sang pemilik kartu menuju sakaratulmaut
ke
tempat penuh kenikmatan dan kenyamanan (surga), melainkan ke jurang kenistaan
yang penuh dengan azab dan kesengsaraan (neraka).